Oke.
Jadi itu cerita saya tentang e-KTP yang menyebalkan ini. Sudah tiga tahun
digantung dan entah sampai kapan penantian ini selesai. Nah, kebetulan juga,
kasus e-KTP menjadi isu hangat di kalangan mahasiswa dimana saya berkuliah.
Sudah beberapa kali, mahasiswa turun ke jalan untuk memperjuangkan e-KTP yang
ternyata di korupsi besar-besaran oleh para pejabat. Ah mungkin lebih tepatnya
disebut sebagai penjahat. Iya jahat, mereka telah mendzolimi banyak pihak.
Jadi, alasan terbesar kenapa e-KTP saya tidak jadi-jadi adalah karena
anggarannya di korupsi oleh pejabat. Ya ampun, mereka itu miskin ya, masa cari
uang dari uang negara yang bukan haknya. Udah miskin harta, miskin hati pula.
Kalau dia kaya mah, ngapain korupsi? Separah itukah pejabat di Indonesia saat
ini? Wah, mengerikan! Sekarang mah saya hanya bisa mendoakan, semoga mereka
para pejabat ini yang katanya terhormat, cepat diberikan hidayah oleh Allah
swt. Kasian kan keluarganya jadi makan dari uang haram. Sungguh, ini menjadi PR
kita bersama yang katanya sebagai future
leader. Jangan sampai, di generasi pada saat kita menjabat, hal-hal seperti
ini terulang kembali. Ah, politik memang keras ya, banyak permainan di
dalamnya, banyak orang yang bilang politik itu kotor. Bisa saja sebenarnya,
saya memilih untuk tutup mata dan tutup telinga terhadap politik. Namun, kalau
begitu terus, politik akan terus kotor. Oleh karena itu, diperlukan orang-orang
baik di dalamnya, diperlukan orang-orang yang amanah didalamnya, supaya
memberika kesan positif terhadap politik. Ya, ini jadi merefleksikan diri saya
sendiri juga, sudahkan saya menjalankan segala amanah dengan baik yang ada
dipundak saya?
Bekasi,
19 Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar