Kepemimpinan.
Sesungguhnya setiap individu terlahir sebagai pemimpin, minimal bagi dirinya
sendiri. Menjadi seorang pemimpin itu bukanlah bakat, menjadi seorang pemimpin
itu pastinya melewati berbagai pembinaan yang menempa dirinya menjadi lebih
kuat, sehingga pada akhirnya ia pantas disebut sebagai seorang pemimpin.
Kita ubah gaya bahasanya dulu, yuk!
Disini
gue bakal cerita berbagai pengalaman terkait leadership. Wih berat yah. Engga
kok. Ini berdasarkan pengalaman aja. Dulu pas SMP, gue kira menjadi Ketua OSIS
itu gampang, ternyata engga segampang yang gue pikirin. Sering banget dulu pas
SMP diomelin sama Pembina OSIS dan Pramuka gara-gara ngelakuin kesalahan ini
dan itu. Bahkan sampe gue nangis. HEHE. Belum lagi diomongin sama temen-temen
kalau ada anak OSIS yang kelakuannya ngga bener. Kuping terasa panas. Wkwk.
Sertijab adalah moment yang amat sangat gue nantikan pas ngejabat dulu. Pas
selesai sertijab tuh rasanya legaaaaa banget. Setelah pengalaman itu, gue
belajar, bahwa menjadi seorang pemimpin adalah sebuah amanah. Amanah yang akan
dipertanggungjawabkan di dunia dan juga akhirat. Seiring berjalannya waktu,
pikiran gue semakin terbuka, semakin banyak informasi yang gue dapetin, semakin
banyak pengalaman yang gue jalani, hingga akhirnya gue memahami sesuatu.
Ubah lagi ah gaya bahasanya.
Perempuan.
Boleh tidak sih menjadi seorang
pemimpin? Ini yang terkadang selalu terpikirkan. Megawati Soekarno Putri
merupakan satu-satunya perempuan dalam sejarah Indonesia yang pernah menjadi
seorang presiden. Seiring perkembangan zaman, realita membuktikan bahwa semakin
banyak perempuan yang menjadi pemimpin, entah itu sebagai pemimpin perusahaan
atau sebagai pemimpin dalam suatu organisasi. Dari sudut pandang pribadi,
perempuan boleh saja menjadi seorang pemimpin, asalkan dapat menjalankannya
dengan baik. Namun, menurut pengalaman pribadi, alangkah lebih baik, apabila
laki-laki yang menjadi pemimpin ketika terdapat laki-laki di dalamnya. Pun
apabila pada akhirnya perempuan lah yang menjadi seorang pemimpin, tentu ia
membutuhkan sokongan yang kuat dari seorang laki-laki, karena sesungguhnya
pemikiran laki-laki dan perempuan itu saling melengkapi. Menurut berbagai
cerita, perempuan akan lebih menggunakan perasaannya dan laki-laki lebih
mengutamakan rasionalitasnya. Meski pada kenyataanya tidak selalu begitu,
tetapi setidaknya mereka saling mengisi kekurangan satu sama lainnya. Dalam
tulisan ini, terbesit harapan untuk generasi penerus bangsa, peremupan maupun
laki-laki, jadilah pemimpin yang baik, jujur, dan amanah. Sekian, terimakasih.
Btw, gue sangat terbuka dengan
pandangan kalian, para pembaca blog ini, untuk memberikan masukan, saran,
kritik, atau diskusi tentang tulisan yang pernah gue post. Bisa melalui
komentar dibawah, atau hubungi gue langsung vie email atau media sosial apapun
yang gue punya. Thanks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar