Rabu, 06 Juli 2016

LEADERSHIP!

            Kepemimpinan. Sesungguhnya setiap individu terlahir sebagai pemimpin, minimal bagi dirinya sendiri. Menjadi seorang pemimpin itu bukanlah bakat, menjadi seorang pemimpin itu pastinya melewati berbagai pembinaan yang menempa dirinya menjadi lebih kuat, sehingga pada akhirnya ia pantas disebut sebagai seorang pemimpin.
Kita ubah gaya bahasanya dulu, yuk!
            Disini gue bakal cerita berbagai pengalaman terkait leadership. Wih berat yah. Engga kok. Ini berdasarkan pengalaman aja. Dulu pas SMP, gue kira menjadi Ketua OSIS itu gampang, ternyata engga segampang yang gue pikirin. Sering banget dulu pas SMP diomelin sama Pembina OSIS dan Pramuka gara-gara ngelakuin kesalahan ini dan itu. Bahkan sampe gue nangis. HEHE. Belum lagi diomongin sama temen-temen kalau ada anak OSIS yang kelakuannya ngga bener. Kuping terasa panas. Wkwk. Sertijab adalah moment yang amat sangat gue nantikan pas ngejabat dulu. Pas selesai sertijab tuh rasanya legaaaaa banget. Setelah pengalaman itu, gue belajar, bahwa menjadi seorang pemimpin adalah sebuah amanah. Amanah yang akan dipertanggungjawabkan di dunia dan juga akhirat. Seiring berjalannya waktu, pikiran gue semakin terbuka, semakin banyak informasi yang gue dapetin, semakin banyak pengalaman yang gue jalani, hingga akhirnya gue memahami sesuatu.
Ubah lagi ah gaya bahasanya.
            Perempuan. Boleh tidak sih menjadi seorang pemimpin? Ini yang terkadang selalu terpikirkan. Megawati Soekarno Putri merupakan satu-satunya perempuan dalam sejarah Indonesia yang pernah menjadi seorang presiden. Seiring perkembangan zaman, realita membuktikan bahwa semakin banyak perempuan yang menjadi pemimpin, entah itu sebagai pemimpin perusahaan atau sebagai pemimpin dalam suatu organisasi. Dari sudut pandang pribadi, perempuan boleh saja menjadi seorang pemimpin, asalkan dapat menjalankannya dengan baik. Namun, menurut pengalaman pribadi, alangkah lebih baik, apabila laki-laki yang menjadi pemimpin ketika terdapat laki-laki di dalamnya. Pun apabila pada akhirnya perempuan lah yang menjadi seorang pemimpin, tentu ia membutuhkan sokongan yang kuat dari seorang laki-laki, karena sesungguhnya pemikiran laki-laki dan perempuan itu saling melengkapi. Menurut berbagai cerita, perempuan akan lebih menggunakan perasaannya dan laki-laki lebih mengutamakan rasionalitasnya. Meski pada kenyataanya tidak selalu begitu, tetapi setidaknya mereka saling mengisi kekurangan satu sama lainnya. Dalam tulisan ini, terbesit harapan untuk generasi penerus bangsa, peremupan maupun laki-laki, jadilah pemimpin yang baik, jujur, dan amanah. Sekian, terimakasih.

Btw, gue sangat terbuka dengan pandangan kalian, para pembaca blog ini, untuk memberikan masukan, saran, kritik, atau diskusi tentang tulisan yang pernah gue post. Bisa melalui komentar dibawah, atau hubungi gue langsung vie email atau media sosial apapun yang gue punya. Thanks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar